Jumat, 14 Oktober 2011

Belajar Bhagawad GITA

BHAGAVAD GITA BAB I

BAB 1

I. PERCAKAPAN PERTAMA
ARJUNA VISHADA YOGA

Suatu persiapan perang yang gemuruh dimedan kurusetra terlukiskan dalam bab ini dimana kaurawa dan pandawa dua pihak bersaudara sepupu tetapi berlawan siap untuk bertempur, kedua belah pihak memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa dan perlengkapan senjata yang hebat.

Arjuna mengadakan inspeksi pasukan balatentaranya bersama-sama Krisna, pengemudi keretanya yang juga menjadi Guru spiritualnya. Tiba-tiba arjuna merasa dikejutkan oleh bayangan akan kemusnahan bangsa barata, bangsanya dan nenek moyangnya sendiri.

Badannya terasa gemetar, pikirannya kacau balau dan ngeri membayangkan kehancuran materi, moral dan kehidupan sprituil yang diakibatkan oleh peperangan ini. Arjuna tidak hendak bertempur membunuh sanak keluarganya yang ada dipihak keluarganya, bukan karena merasa takut melainkan karena rasa duka dan berdosa. Ia dihadapkan pada suatu dilema, antara kesedihan dan kebimbangan

I. Percakapan Pertama

Dhritarashtra uvacha :

(1) Dharmakshetre kurukshetre

Samaveta yuyutsavah
Mamakah paandavas chai va
Kim akurvata samjaya

Dritarastra berkata:
Di medan bakti dipadang kuruksetra
Siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu
Apakah yang akan mereka lakukan
Wahai sanjaya, ceritakanlah padaku

Kurusetra adalah daerah yang luas, pada jaman dahulu kala menjadi tanah tumpah suatu bangsa yang disebut kuru, dengan ibukotanya yang bernama hastinapura. Bangsa kuru ini adalah nenek moyang kaurawa dan pandawa. Sesungguhnya arti perkataan kshetra adalah sebuah medan pertempuran dan juga tempat suci, tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya ia ia disebut dharma khestra.

Sebenarnya perkataan kaurawa berarti putera-putera keturunan kuru, sedangkan pandawa berarti putera-putera keturunan pandu. Kuru adalah nenek moyang kaurawa maupun pandawa. Tetapi namun demikian, dengan perkataan "kaurawa" adalah dimaksudkan anak-naka dritarastra, sedangkan pandawa adalah anak-anak pandu. Dritarastra adalah dua orang bersaudara kakak-beradik. Dritarastra yang lebih tua dan pandu adalah yang lebih muda. Mereka putera-putera Maharaja Wicitrawirya dan cucu-cucu Baginda Maharaja Santanu.

Dritarastra mempunyai anak sebanyak seratus orang. Yang tersulung adalah Duryodana. Keseratus orang anak ini disebut kaurawa. Pandu hanya mempunyai lima orang anak, dan kelimanya ini disebut pandawa (mereka ini adalah : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa). Dari lima orang anak pandu ini Arjunalah yang merupakan putera yang paling istimewa dan karena ia dipanggil pula dengan nama-nama julukan seperti kurunandana (yang berarti untuk keturan bangsa kuru), Kuntipura (berarti anak kunti dewi), Mahabahu (berarti yang bersenjata perkasa) dan sebagainya.

Padang kurustra ini juga diibaratkan sebagai tubuh manusia, atau lebih dalam lagi : hidup manusia, dimana sifat-sifat buruk dan baik selalu mengadakan konflik atau pertempuran. Memang hidup adalah pertempuran, pertempuran antara kebaikkan dan kebajikkan melawan keburukkan dan kejaliman. Dalam hubungan ini kaurawa dikedepankan sebagai pihak yang buruk dan yang salah, sedangkan pandawa dipandang sebagai pihak yang baik dan yang benar. Itulah sebabnya kurukshetra disebut pula Dharmakshetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan kebajikkan atau darma yang langgeng itu harus dipertaruhkan sebagai suatu perjuangan mental dan spiritual yang suci.

Sanjaya adalah pengemudi kereta kencana Drritarastra yang buta. Disamping sebagai pengemudi kereta. Sanjaya juga berfungsi sebagai mentri penasehat pribadi Dritarastra dan juga juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-pertempuran dalam peperengan besar mahabharata. Ia juga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa kenegaraan untuk mendampingi Maharaja.

Dritarastra.

Samjaya uvacha :

(2) drishtva tu pandavanikam

vyudham duryodhanas tada
acharyam upasamgamya
raja vachanaum abravit
Sanjaya menjawab :

Setelah melihat pasukkan Pandawa
Siap bertempur dimedan laga
Raja Duryoddana mendekati gurunya
Guru besar Drona seraya berkata

Maharaja Dritarastra yang buta yang digambarkan sebagai orang buta dengan kebenaran. Berhubung ia ada dalam keadaan tidak bisa melihat sama sekali, maka ia tidak bisa memerintah sebagai raja. Sebab itu kerajaan diperintahkan oleh Duryodana selam kelima putera-putera pandu berada dalam pengasingan, yang kemudian kembali setelah tiga belas tahun dalam pembuangan untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian yang telah dimufakati. Tetapi raja Duryodana menolak untuk membagi kerajaan menyerahkan kekuasaannya kepada putera-putera pandu sesuai dengan perjanjian tersebut diatas. Dan penolakan Duryodana inilah yang menimbulkan peperangan besar Mahabharata.

Duryodhana :

(3) pasyai tam panduputranam

acharya maha mahatim chamum
vyudham drupadaputrena
tava sishena dhimata
Duryodana :

Saksikanlah guruku
Betapa kuat pasukkan putra-putra Pandu
Dipimpin putra maharaja Drupada
Murid guruku sendiri yang bijaksana

Sesungguhnya Duryodana juga dilukiskan sebagai orang yang mempuyai watak kaku, keras kepala, angkuh dan licik. Namun demikian ia juga berwatak berani, pandai dan murah hati.

Gurubesar Drona adalah seorang Brahmana, selain menjadi pendeta juga memiliki keahlian dalam ilmu peperangan dan lat persenjataan berbagai jenis. Ia adalah guru bagi kedua belah pihak, baik kaurawa maupun pandawa, dan juga putera-putera mahkota raja negeri lainnya. Ia telah mendidik dan mengajarkan mereka ilmu peperangan. Lebih-lebih siasat pertempuran frontal. Selain Guru Besar Drona, ada dua orang lagi yang dianggap/dipandang guru dalam soal-soal kenegaraan dan spiritual dipihak kaurawa yaitu Bisama dan Kripa, sedangkan dipihak pandawa ada seorang yaitu Krisna.

Perkataan acharya sebetulnya berarti guru yang mengetahui dan faham benar-benar akan arti ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab suci. Demikianlah Drona, Bisma dan Kripa disebut pula acharya.
Putera maharaja drupada adalah Dristadiumna. Ia merupakan musuh yang terpandai akan pertempuran panah-memanah melawan balatentara kaurawa. Ia adalah bekas murid Gurubesar Drona yang memihak kaurawa. Dristadiumma menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Perang Pandawa, dan oleh karenanya menjadi musuh bekas Gurunya.
Guru Besar Drona. Ia juga adalah ipar pandawa, sebab adiknya Drupadi menjadi istri mereka.

(4) atra sura maheshvasa

bhimaarjunasama yudhi
yuyudhano viratas cha
drupadas cha maharathah

artinya :

di sana pula pahlawan panah jaya
sebanding dengan Bima dan Arjuna
yuyudana, Wirata dan Drupada
semuanya perwira perkasa

Wirata adalah seorang raja dari negeri Matsia yang pernah memberi perlindungan kepada pandawa sewaktu mereka hidup secara incognito dinegeri tersebut selama satu tahun. Kemudian ia menjadi sekutu terpercaya dari pandawa. Yuydana adalah pahlawan berasal dari bangsa Yadawa yang bertempur dipihak pandawa. Ia juga dikenal dengan nama satiaki.

Perkataan maharatha sebetulnya berarti ahli kereta besar. Kemudian perkataan ini dipergunakan sebagai suatu titel.Yang tinggi untuk menghormati seseorang militer perkasa yang sanggup menundukkan beribu-ribu orang musuh.

(5) srishtaketus chekitanah

kasirajas cha viryavan
purujit kuntibhojas cha
saibyas cha narapunigavah

artinya :

juga Dristaketu, Cekitana
dan raja negeri kasi yang perkasa
purujit serta kuntiboja
dan Saibia banteng jantan dari manusia.

Selain dari mereka yang disebut namanya diatas, pahlawab-pahlawan perkasa yang berada dipihak pandawa adalah antara lain Dristaketu raja dari negeri cedi, cekita perwira tinggi dalam balatentara pandawa, Purujit dan kuntiboja adalah dua bersaudara yang pernah membesarkan Kunti Devi, ibu dari Pandawa, saibia adalah raja dari negeri sibi.

(6) yudhamayus cha virkranta

uttamaujas cha viryavan
saubhadro draupadeyas cha
sarva eva maharathah

artinya :

juga yudamaniu yang kekar
Uttamauja yang gagah berani
Putra-putra Subadradevi dan Draupadi
Semua pahlawan besar

Yudamaniu dan uttamauja adalah orang-orang ksatria yang menggabungkan diri dengan Pandawa. Yang dimaksudkan dengan putra Subadradevi adalah abimaniu dari perkawinannya dengan arjuna, sedangkan putera-putera draupadi adalah lima orang yaitu: Pratiwindia, Srutasoma, Srutakirti, Santika dan Srutakarma, masing-masing dari Yudistira, Bima, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa.

(7) asmakam tu visihta ye

tan nibodha dvijottama
nayaka mama sainyasya
samjnartham tan bravimi te

artinya :

selanjutnya ketahuilah, wahai gurunda,
pendita paling bijaksana,
perwira-perwira tinggi dalam pasukkan kita
demi untukmu kusebutkan nama mereka :

setelah Duryodana menyebutkan nama-nama pahlawan yang ada dipihak Pandawa, ia lalu menyebutkan nama-nama mereka yang berpihak kepada kaurawa kepada Drona untuk dapat diingat dan dikenal. Agaknya dalam ucapan ini Duryodana bermaksud agar Drona sebagai seorang Brahmana yang sesungguhnya hanya cinta perdamaian, yakin akan kekuatan balatentara Kaurawa, tidak takut kepada Pandawa dan iklas bertempur kepada mereka.

Perkataan dvijottama berarti lahir dua kali, dan yang dimaksudkan ini adalah kasta Brahmana atau kasta pendita. Sebab, golongan Brahmana dipandang sebagai orang yang dilahirkan dua kali pertama kali, kedalam dunia materil. dan kedua kalinya, kedalam dunia spirituil.

(8) Bhavan bhishmas cha karnas cha

Kripas cha samitimjayah
Asvatthama vikarnas cha
Saumadattis tathai va cha

Artinya :

Pertama engkau guruku, kemudian bisma,
Karna dan kripa, semuanya telah jaya
Dan Aswattama dan Wikarna
Dan Somadattaputra juga

Bisma adalah pandita pahlawan tua, yang membesarkan Dritarastra dan Pandu ketika mereka masih bocah-bocah. Ia seorang brahmacarin (tidak kawin seluruh hidupnya). Akhir tafsir kitab-kitab suci dan disegani oleh kedua belah pihak, baik Kaurawa maupun Pandawa. Karna adalah putera Batara Surya (Dewa Matahari) dengan Kuntidevi ketika ia masih gadis, sebelum menjadi istri Pandu. Karna dilukiskan sebagai seorang pahlawan yang tidak mudah ditundukkan, ahli perang dan memiliki senjata sakti hadiah dari ayahnya, Barata Surya, Kripa adalah iapar Drona yang kawin dengan saudaranya, Kripidewi. Aswattama adalah putera Drona dan Wikarna adalah seorang dari 99 orang saudaranya Duryodana yang berbudi pekerti baik, jujur dan gagah berani. Somadattaputra adalah putera Raja Somadatta dari negeri bahika.

(9) anye caha bahavah sura

madarthe praharanah
nanasastra praharanah
sarve yuddhavisaradah

artinya :

banyak lagi pahlawan perwira
bagiku, mempertaruhkan jiwa mereka
bersenjata lengkap aneka warna
semua, ahli tempur dimedan laga

perkataan tyaktajivitah berarti bersedia mengorbankan jiwaraga. Dengan perkataan ini Doryodana berusaha menanamkan keyakinan akan kekuatan balatentara kaurawa kepada Drona.

(10) aparyaptam tad asmakam

balam bhi shmabhirakhi tam
paryaptam tv idam etesham
balam bhimabhikshitam

sungguh tak terkira banyaknya pasukan kita dipimpin oleh Bhisma
sedangkan besar pasukan mereka dapat diduga dibawah komando Bima

perkataan aparyaptam ternyata menimbulkan tafsiran yang berbeda-besar. Yang terpenting adalah tafsiran dari Anandagiri dan Sridhara. Anandagiri menterjemahkan perkataan ini dengan "tak terhitung" (tak terbatas) sedangkan Sridhara dengan "tak cukup" (dapat dihitung). Rupa-rupanya Anandagiri yang benar, sebab dalam pertempuran dimedan kurusetra balatentara kaurawa terdiri dari sebelas divisi dan Pandawa tujuh divisi (akshauhini). Satu divisi terdiri dari 216000 orang lebih kurang.

(11) ayaneshu cha sarveshu

yathabhagam avasthitah
bhismam evabhirakshantu
bhavantah sarva eva hi

berdiri tegak dalam barisan
kalian, masing-masing dalam divisi
membela Bisma ini
sesuai dengan kedudukan kalian

perkataan abhirakshantu berarti menjaga dan membela Duryodana meminta kepada setiap orang dalam pasukkan Kaurawa untuk menjaga dan membela Bisma sebagai Panglima Tertinggi mereka. Adalah menjadi tugas-kewajiban setiap orang dalam barisan menjaga dan membela pimpinannya disampung bertempur melawan musuh.

Samjaya :

(12) tasya samjanayanharsham

kuruvddhah pitamahah
simhanadam vinadyochchaih
sankham dadhmau pratapavan

sanjaya :

demi untuk membangkitkan semangatnya,
pahlawan Kuru, Kakek Bima,
meniup kuat-kuat trompet kerangnya
mendera bagaikan raung singa

setelah Duryodana berseu kepada semua perwira-perwira tinggi dalam kalangan balatentara kaurawa untuk menjaga dan membela Bisma dalam pertempuran-pertempuran yang akan mendatang, seperti tercantumdalam sloka 3 sampai denagn 11, maka Sanjaya meneruskan ceritanya kepada Maharaja Dritasastra. Sankham adalah terompet yang diperbuat daripada kulit kerang. Ia ditiup oleh Bisma dengan maksud untuk membangkitkan semangat Duryodana, dan sebagai suatu tanda bahwa pasukan telah siap untuk mengahadapi pertempuran.

(13) tatah-sankhas cha bheryas cha

panavanaka gomukhah
sahasai va 'bhyahanantra
sa sabdas tumulo 'bhavat

artinya :

trompet, genderang dan tifa
gong serta suling-tanduk
dibunyikan dengan serentak
gemuruh, gegap-gempita

berbagai alat bunyi-bunyian dipergunakan, khusus dalam lingkungan pasukan sendiri untuk membangkitkan semangat tempur para prajurit dan bagi pihak musuh bunyi gemuruh dari pada terompet, genderang, gong, tambur, suling-tanduk dan sebagainya ini berarti suatu tantangan untuk segera dimulainya peperangan. Tiap pahlawan perwira tertinggi mempunyai alat bunyi-bunyian ini yang spesifik baginya sendiri, mempunyai nama yang spesifik pula.

(14) tatah svetair hayair yukte

mahati syandane sthitau
madhavah paandavas chai 'va
divyau sankhau pradadhmatuh

artinya :

setelah berdiri diatas kereta
megah ditarik kuda putih dua
Krisna dan Arjuna juga
Meniup trompet sakti mereka

Dalam kitab-kitab suci agama Hindu dan agama Buddha kereta diibaratkan sebagai kendaraan budi pekerti manusia, sedangkan kuda diumpamakan sebagai pancaindria tersebut dan pengemudi adalah penuntun jiwa manusia. Disini Krisna bertindak sebagai penuntun jiwa Arjuna. Perkataan madhava berarti keturan suku Madhu dari bangsa Yadaawa dan yang dimaksudkan dengan perkataan tersebut adalah Krisna, sedangkan dengan perkataan Pandava dimaksudkan Arjuna dalam sloka ini.

(15) Panchajayam hrikeso

Devadattam dhanamjayah
Paundram dadhmau mahasankham
Bhimakarma vrikodarah

Artinya :

Trompet Pancajania ditiup Krisna
Trompet Dewadatta ditiup Arjuna
Dan Bima sena yang galak bagaikan srigala
Meniup tromprtnya, bernama Paundra

Trompet Krisna bernama Pancajania yang berarti "pengekangan pancaindria" (diperbuat daripada tulang raksasa laut yang telah dibunuh oleh Krisna sendiri), trompet Arjuna bernama Dewadatta yang berarti "anugerah dewata" (diperbuat daripada kerang laut) dan terompet Bimasena bernama paundra yang berarti "rokh Batara Siwa". Kata-kata hrishikesa, dhanamjaya dan vrikodara dalam sloka ini dimaksudkan sebagai nama lain Krisna, Arjuna dan Bhimasena. Dalam sloka ini dilukiskan bahwa pihak Pandawa-puntelah siap bertempur.

(16) anantavujayam raja

kuntiputro yudhishthirah
nakulah sahadevas cha
sughosha manispushpakau

artinya :

raja yudistira, putera Kuntidewi,
meniup terompetnya bernama Anantawijaya
Nakula dan Sahadewa mereka
Masing-masing Sugosa dan Manipuspaka

Kuntidewi adalah istri pertama raja Pandu yang melahirkan Yudistira, Bimasena, dan Arjuna, dan Madridewi adalah istri raja pandu yang kedua yang melahirkan Nakula dan Sahadewa. Baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, kelima mereka itu disebut Pandawa sungguh sangat menarik nama-nama trompet mereka, seperti Anantawijaya yang berarti "kemenangan abadi". Sugosa berarti suara merdu dan manipuspaka berarti kembangmutumanikam.

(17) kasyas cha parameshvasah

sikhandi cha maharathah
dristadyumno vuratas cha
satyakis cha parajitah

artinya :

Kasiraja pemimpin pasukan panah
Juga Sikandi maha pahlawan
Dristadiumna dan wirata
Dan Setiaki yang tak tertaklukan

Di pihak kaurawa, hanya Bismalah yang meniup trompet, sedangkan dipihak pandawa kelima putera-putera pandu beserta Krisna dan pahlawan-pahlawan lainnya meniup trompet mereka masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak Pandawa tiupan trompet tersebut mempunyai nilai tingkatan daripada kepemimpinan mereka, yang berurut dari atas kebawah.

(18) drupado draupadeyas cha

sarvasah prithivipate
saubhadras cha mahabahuh
sankhan dadhmuh prithak-prithak

artinya :

Drupada dan putera-putera Draupadi
Dan putera Subadra, bersenjata perkasa
Oh, Tuanku Penguasa Bumi ini
Dari segala penjuru meniup trompet semua

(19) sa ghosho dhartarashtaanam

hridayani vyadarayat
nabhas cha prithivim chai 'va
tumulo vyanunadayan

artinya :

suara gegap gempita
memenuhi ankas dan bumi
mengetarkan hati
putra-putra Dristarastra

sloka 14 sampai dengan 19 mengandung ungkapan bahwa Pandawa, walaupun memiliki balatentara lebih kecil jumlahnya, kelihatan lebih perkasa. Lebih-lebih dalam sloka 19, jelas dinyatakan betapa gagap-gempitanya bunyi terompet memenuhi angkasa dan bumi yang menyababkan hati Kaurawa menjadi takut dan ngeri. Hal ini dapat kiranya dimengerti kenapa Sanjaya menceritakan kehebatan Pandawa kepada maharaja Dritarastra; sebab ia sendiri ingin memberitahukan kepada raja tua itu bahwa kemenangan pasti akan berada dipihak Pandawa, sebab Pandawa berada dipihak yang benar.

(20) atha vyavasthitan drishtva

dhartarasbtan kapidhvajah
pravritte sastrassampate
dhanur udyamya pandavah

artinya :

Arjuna melihat putra-putra Dritarastra,
Dengan senjata siap dalam barisan,
Dan dengan janjinya berlambangkan Hanuman
Kemudian mengangkat busur panahnya.

Panji Arjuna yang dikibarkan diatas kereta berisikan lukisan hanuman, kera putih, yang dimaksudkan sebagai pelambang : pengabdian, kesucian dan keberanian.

(21) hrishikesam tada vakyam

idam aha mahipate
senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me 'chyuta

artinya :

dan oh, Tuanku Hamengku Bumi
ia berkata kepada Krisna
Arjuna berkata :
Tariklah keretaku sampai ditengah
Diantara kedua pasukan, krisna!

Nama-nama julukan dan kehormatan diberikan kepada Krisna dan Arjuna seperti tercantum dalam sloka-sloka yang terdahulu dan berikut ini. Untuk Krisna nama julukan dan kehormatan itu antara lain : Aciuta (dia yang tidak bergerak), Madusudana (pembunuh raksasa bernama madu, Arisudana (penakluk musuh-musuh), Gowinda (pengembara atau pemberi ilham, Wasudewa (putera wasudewa), Yaddawa (keturunan bangsa yadu), Kesawa (memiliki rambut indah), Madawa (Suami laksmi dewi), Hrikesa (yang menguasai pancaindria) dan janardana (juruselamat umat manusia). Untuk Arjuna nama-nama julukan dan kehormatan itu antara lain : (selain daripada kurunandana, kurusattama dan kuruprawira) Barata (keturunan Barata), Dananjaya (pemengan harta benda), Gudakesa (berambut gempel), Parta (putera prita dewi) dan Parantapa (penakluk musuh-musuh).


(22) yavad etan nirikshe 'ham

yuddhukaman avasthitan
kair maya saha yoddavyam
asmin ranasamudyame

artinya :

supaya aku dapat mengetahui
mereka yang siap, ingin bertempur
yang aku harus hadapi nanti
dalam peperangan mendatang ini

sebelum mulai bertindak akan berbuat sesuatu Arjuna ingin sekali mengetahui siapa-siapa sebenarnya yang akan dihadapinya dalam pertempuran-pertempuran nanti. Waspada dan hati-hati adalah memang menjadi sifat Arjuna.

(23) yotsyamanan avekshe 'ham

ya ete 'tra samagatah
dhartarashtrasya durbuddher
yuddhe priyachikirshavah

artinya :

dan dapat menyaksikan sendiri
mereka yang berkumpul, berbaris disini
rela berkorban demi kepuasan hati
putra Dristarastra yang busuk budi

sesungguhnya persiapan perang telah rampung pada kedua pihak. Dipagi hari pertama Yudistira menyaksikan formasi balatentara Kaurawa yang tidak mungkin ditembus dibawah pimpinan Bisma. Dengan gemetar ia menyatakan kecemasannya kepada Arjuna, bahwa tidak mungkin untuk menaklukan pasukan yang begitu perkasa dibawah pimpina Bisma, Arjuana memberi semangat kepada saudaranya dengan jalan mengutip ajaran-ajaran suci : "mereka yang mengidam-idamkan kemenangan tidak dapat banyak menaklukan dengan kekuatan dan kekuasaan jika dibandingkan dengan kebenaran, persaudaraan, kasih sayang dan budi luhur. Kemenangan adalah pasti dimana Krisna Berada ………………'
dan dengan hadirnya Krisna, Guru spiritualnya, disisinya, Arjuna dapat menyadari dengan keyakinan suci bahwa musuh-musuh yang ia harus hadapi adalah juga kesayangan dari kesucian baginya.

(24) samjaya uvacha

evam ukto hrihikeso
gudakesena bharata
senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam

Sanjaya berkata :

Oh, Paduka Tuanku Raja
Mendengar permintaan Arjuna demikian
Krisna menempatkan kereta indahnya
Di tengah diantara dua pasukan

Dalam sloka ini Bhatara dimaksudkan Maharaja Dritrastra, dan untuk menghoirmati Sanjaya berkata padanya "Paduka Tuanku Raja".
Dalam sloka-sloka berikutnya sambada atau dialog antara Arjuna dan Krisna dimulai.

(25) bhismadrona pramukhatah

sarvesham cha mahikshitarm
uvacha partha pasyah 'tan
samavetan kurun iti

artinya :

di hadapan Bisma dan Drona
dan pemimpin-pemimpin terkemuka
Krisna berkata : "saksikanlah Arjuna!
Keturunan kuru berkumpul di sana"

Dalam sloka ini kelihatan bahwa Krisna berhati-hati benar untuk tidak mempengaruhi pikiran dan perasaannya
.
(26) tatra 'pasyat shitan parthah

pitrin atha pitamahan
acharyan matulan bhrabtrin
putran pautran sakhims tatha

artinya :

di sana Arjuna melihat berdiri
para bapa, kakek dan guru
paman, saudara dan sepupu
anak, cucu dan sekutu

arjuna mulai melihat satu-persatu sanak saudara, disamping guru-gurunya pula, berdiri tegak dan siap dipihak musuhnya. Rasa bimbang dan ragu mulai terasa olehnya.

(27) svasuran suhridas chai 'va

senayor ubhayor api
tan samikshya sa kauteyah
sarvan bandhun avashitan

artinya :

dan kuntiputra juga melihat
para mertua, kawan sejawat
semuanya sanak kadang berdiri tegak
dalam barisan kedua belah pihak

perkataan kuntiputra diambil dari arti, kata kaunteya, yaitu putera kunti dewi, dan yang dimaksudkan adalah Arjuna. Perasaan bimbang ragu Arjuna bertambah mendalam, sebab bukan saja dipihak musuhnya sanak saudara itu berdiri, melainkan dikedua belah pihak.

(28) kripaya paraya 'vishto

vishidann idam abravit
drishtve 'mam svajanam krishna
yuyutsum samupashitam

artinya :

dengan penuh diliputi nestapa
disampaikan rasa duka
Arjuna berkata :
Menyaksikan sanak kadang, oh Krisna
Berbaris siap untuk berlaga

Perkataan kripaya paraya berarti duka-nestapa yang sngat mendalam dari perkataan svajanam berarti keluarga dan bangsanya sendiri, baik pihak Kaurawa maupun pihak Pandawa.

(29) sidanti mama gatrani

mukham cha parisushyati
vepathus cha sarire me
romaharshas cha javate

artinya :

anggota badanku terasa lemas
mulutku terasa kering
sekujur badanku gemetar
dan bulu romaku terasa berdiri

arjuna tidak kuasa lagi membendung perasaannya. Duka nestapa dan bimbang ragu kini menguasai jiwa dan raganya.

(30) gandivamsramsate hastat

tvak chai 'va paridahyate
na cha saknomy avasthatum
brahmati 'va cha me manah

artinya :

gandiwa terlepas dari tanganku
dan kulitku terasa panas membara
aku tidak kuasa lagi berdiri
dan pikiranku kacau tidak menentu.

Gandiwa adalah nama busur panah Arjuna, anugerah dari Batara Indra. Kata-kata Arjuna dalam sloka 29-30 ini menyebabkan kita berpikir dan merenungkan, betapa seorang yang sedang dicekam oleh perasaan bimbang, ragu was-was cemas, duka nestapa dan hampa kesepian tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam situasi semacam inilah orang dapat menemui visi Dia Yang MahaKuasa
.
(31) nimittani cha pasyami

viparitani kesava
na cha sreyo 'nupasyami
hatva svajanam ahave

artinya :

aku melihat firasat biruk
oh, Krisna, tidak ada baiknya
aku membuntuti sanak kandang
dalam pertempuran yang mendatang

kesawa adalah Krisna. Arjuna tidak dapat melihat disini kebaikkan moral dan nilai spirituil daripada perbuatan membunuh sanak kandang sendiri.

(32) na kankshe vijayam krishna

na cha rajyam sukhani cha
kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va

artinya :

aku tidak inginkan kemenangan
dan juga kerajaan dan kesenangan, Krisna
apa gunanya kerajaan dan kesenangan
dan hidup ini sekalipun, oh Gowinda?

Gowinda adalah Krisna juga. Dalam sloka ini terlukiskan betapa Arjuna ingin melepaskan diri dari kekayaan dan kesenangan duniawi ini.

(33) yesham arthe kaashitam no

rajyam bhogah sukhani cha
ta ime 'vasthita yuddhe
pranams tyaktva dhanani cha

artinya :

mereka untuk siapa kita perebutkan
kerajaan, kebahagian dan kesenangan
ada di sini siap untuk berlaga
mengobarkan jiwa dan harta mereka

(34) acharyah pitarah putras

tathai 'va cha pitamahah
matulah svasurah pautrah
syalah sambandhinas tatha

artinya :

guru, bapa, anak-anak
dan kakek, paman juga
dan ipar, cucu, mertua
dan sanak kandang lainnya

(35) etan na hantum ichchhami

ghanato 'pi madhusudana
api trailokyarajyasya
hetoh kim nu mahikrite

artinya :

aku tidak hendak bunuh mereka
sekalipun mereka bunuh aku, oh Krisna
kendatipun untuk ketiga-tiga dunia
apalagi hanya untuk dunia fana ini

dalam sloka ini madhusudana adalah dimaksudkan Krisna sendiri. Perkataan triloka adalah pembagian alam semesta ini menjadi tiga.pada umunya ketiga pembagian itu dimaksudkan : sorga, dunia kita ini dan neraka. Tetapi ada juga iterpretasi yang menyatakan bahwa ketiga pembagian ini dimaksudkan : dunia manusia, dalam semi devata dan dunia rokh kudus. Yang lain lagi menafsirkan dunia kita ini, antariksa dan sorga.

(36) nihatya dhartasashtran

ka pritih syaj janardana
papam eva 'srayed asman
hatvai 'tan atinah

artinya :

setelah membunuhi putra Dritasastra
kebahagaian apakah kita nikmati?
Oh janardana hanya dosalah kiranya
Bila membunuh sidurhaka ini

Janardana adalah Krisna. Perkataan atatayinah berarti :penjahat, perampok, orang durhaka, pembunuh, penipu, hidung-belang dan sebagainya. Dan Kaurawa disini dipandang sebagai atatayinah, sebab Duryodana melakukan semua kategori kejahatan ini. Arjuna menganggap bahwa mwmbunuh adalah tetap dosa dan menolak untuk membunuh sekalipun yang akan dibunuh adalah orang durhaka.

(37) tasmaan na 'rha vayam hantum

dhartashtram svabandhavan
svajanam hi katham hatva
sukhina syaama madhaca

artinya :

kiranya tidaklah patut bagi kita
membunuh saudara, putra Dritarastra
benarlah, bagaimana kita 'kan bahagia
setelah membasmi keluarga sendiri, oh Madawa?

(38) yadi apy ate na pasyanti

lobhopahatachetasah
kulaksahayakritam dosham
mitradrohe cha patakam

artinya :

sekalipun bagi mereka
yang jiwanya dikuasai oleh kelobaan
tidak melihat dosa membunuhi keluarga
tidak melihat khianat membasmi kawan

(39) katham na jneyam asmabhib

papad asman nivartitum
kulakshayakritam dosham
prapasyadbhir janardana

artinya :

kenapa kita tidak sadari
dosa semacam itu, oh Krisna
kesadaran akan kekhilafan
membasmi sanak-keluarga sendiri

madawa adalah Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh Arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwamadawa adalah Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh Arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwa mereka telah dibutakan oleh nafsu loba-tamak dan ketidakmengertian, sehingga mereka tidak mampu melihat apa yang salah. Sekalipun kita menyatakan bahwa mereka itu salah karena loba dan nafsu memetingkan diri sendiri, namun membunuh adalah tetap dosa, sebab mereka yang mata-hatinya buta dibunuh oleh kita yang bermata hati terbuka. Disinilah letak dosa menurut arjuna. Lagipula membunuh keluarga, bukan saja berarti membunuh orang-orang belaka, melainkan membunuh keluarga itu sebagai lembaga yang merupakan evolusi kekuatan generasi dan satu-satunya tempat penyimpangan baginya untuk dapat melanjutkan kemajuan sosial dan moral manusia. Keluargalah yang menghasilkan orang yang berjiwa besar dan orang yang suci.

(40) kulakshaye pranasyanti

kuladharmah sanatanah
dharme nashte kulam kritsnam
adharmo bhibhavaty uta

artinya :

bila keluarga sudah hancur
dan hukum tradisi sudah lebur
kewajiban dan undang-undang keluarga
dikuasai tirani rajalela

perkataan dharma sesungguhnya berarti wujud dan hakekat sesuatu. Dalam hubungan ini perkataan tersebut diartikan : kewajiban, yang meliputi kewajiban bermasyarakat, memenuhi panggilan adat-itiadat, kewajiban beragama dan kewajiban menjunjung tinggi kebenaran.

(41) adharmabhibhavat krishna

pradushyanti kulastriyah
strishu dushtasu varshneya
jayate varnasamkarah

artinya :

bila tirani telah berkecamuk
oh Krisna, pertempuran jadi jalang
dan bila perempuan sudah jalang
dikuasai tirani merajalela

perkataan varna berarti kasta, dimana terdapat empat kategori, yaitu kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta waisia dan kasta Sudra (yang masing-masing berarti golongan pendita, golongan bangsawan, golongan pedagang atau pengusaha dan golongan rakyat biasa), sebagai pencerminan pembagian sosial dalam masyarakat penganut agama hindu. Warsneja adalah krisna sendiri.

(42) samkaro narakayai 'va

kulaghnanam kulsya cha
patanti pitaro hy esham
luptapindodakakkriyah

artinya :

keruntuhan moral ini membawa
keluarga dan para pembunuhnya keneraka,
arwah nenek moyang jatuh cedera
semua sesajen, air dan nasi tiada baginya

dalam sloka ini dinyatakan bahwa kalau keluarga sudah hancur, maka kewajiban keluarga terhadap tradisi dan agama tidah terurus lagi, seperti upacara sraddha dimana dilakukan upacara mengenang jasa-jasa nenek moyang di piraloka (tempat arwah mereka segerasetelah meninggal dunia sebelum mencapai sorga) dengan jalan mempersembahkan sesajen yang terdiri dari makanan dan buah-buahan yang serba lezat.

(43) doshair etaih kulaghnanam

varnasamkarakarakaih
ustadyante jatidharmah
kuladharmas cha saavatah

artinya :

dosa dan kehancuran keluarga ini
membawa keruntuhan masyarakat bangsa
kebiasaan keluarga dan hukum kasta
hancur lebur dilimat tirani

(44) utsanna kuladharmanam

manushyanam janardana
narake niyatam vaso
bharvati 'ty anususruma

artinya :

kita semua sudah dengar ini
oh janardana, tempat bagi manusia
yang kebudayaan dan hukumnya ditirani
adalah pasti itu neraka

(45) aho bata mahat papam

kartum vyavasita vayam
yad rajjyasukhalobhena
hantum svajanam udyatah

artinya :

ah, betapa besar dosa kita
merencanakan pembunuhan sanak keluarga
hanya karena perasaan loba
ingin memiliki kerajaan dan kenikmatan

(46) yadi mam apratikaram

asastram sastrapanayah
dhartarashtra rane hanyus
tan me kshemataram bhavet

artinya :

bagiku lebih baik apabila
kaurawa dengan senjata di tangan
menyerang aku dalam pertempuran
tanpa senjata, tanpa perlawanan.

Tirani yang terbayang dalam pikiran Arjuna, andaikata ia bertindak segera dalam pertempuran membunuhi sanak keluarganya, menyebabkan ia berdiri diantara dua dunia dengan prasaan yang penuh diliputi dengan agoni dan kecintaan. Kata-katanya membayangkan betapa keragu-bimbangannya menekan jiwanya, sehingga ia tidak dapat melihat diantara berdiri tegak menghadapi tirani dan menyerah menghadapi mati tanpa perlawanan. Ia masih mengharapkan petunjuk-petunjuk dari Gurunya bagaimana menghadapi hidup ini untuk berbuat sesuatu tanpa mengharapkan hasilnya yang disebut nishkama karma.

(47) Samjaya uvacha:

Evam uktva 'rjuna samkhye
Rathopastha upavisat
Visrijya sasaram chapam
Sokasamvignamanasah

Artinya :

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian di medan laga
Arjuna terheyak di atas keretanya
Menjatuhkan busur dan anak panahnya
Dengan perasaan penuh diliputi duka.

Dalam Bab ii keragu-bimbangan Arjuna (arjuna-vishadayoga) sikap arjuna dapat diikuti dari sloka-sloka 20, 21, 26-27, 29-30 dan 47, yamg berturut-turut melukiskan bagaimana ia mengangkat senjata dan memacu keretanya maju, kemudian setelah melihat sanak kadang dalam pasukkan kedua belah pihak, hatinya jadi bimbang-ragu dan duka-nestapa serta badanya jadi lemas, senjata terlepas dari tangannya, dan terakhir memilih rela dibunuh dan melemparkan senjatanya.

Arjuna dihadapkan kepada dilema antara kesedihan dan kjebimbangan. Kebimbangan Arjuna ini disebabkan oleh perasaan priotik dan kesadaran akan dosa. Ini adalah suatu hakekat gambaran suatu perjuangan jiwa manusia, yang sedang berada diambang pintu menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Sebelum ia sadar untuk memasuki dunia spiritual dan menerima kewajiban-kewajiban yang diletakkan baginya untuk memasuki dunia spirituil tersebut, ia harus bertempur terlebih dahulu melawan keakuan, kedunguan dan kegelapan bhatinya, yang memisahkan dia daripada jiwanya sendiri, yang merupakan bagian daripada Atman yang Universil. Ini adalah evolusi jiwa manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu, yang tiap saat berlangsung dalam dirinya.

Maka berakhirlah bab pertama Upanishad Bhagavadgita menegenai ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa, kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Kresna dan Arjuna yang berjudul ARJUNA VISHADAYOGA.



diposting Oleh Ketut INDRAYANA STP 


1 komentar:

  1. indah sekali, semua ada di film Mahabharata AN TV, Bhagawad Gita adalah Hindu--------Hindu adalah kita, pertempuran di dalam diri, Dharma vs Adharma

    BalasHapus